Pelacur Saja Bisa Masuk Surga



Siapa pun bisa masuk surga. 
Bahkan seorang pelacur bisa masuk surga hanya karena sangat amalan sederhana, yakni memberi minum anjing.

Anda ingin masuk surga ?
Cobalah tempuh langkah-langkah seperti kita ingin masuk perguruan tinggi atau dunia kerja. Jika benar-benar ingin masuk perguruan tinggi idaman, yang wajib kita tahu ialah ialah syarat-syaratnya. Pengetahuan mengenai nama-nama perguruan tinggi beserta fakultas dan jurusan-jurusan yang ada bukanlah tiket. Jalur apa pun yang kita tempuh untuk masuk perguruan tinggi, kita harus tahu syarat-masuknya. Dengan tahu syarat-syaratnya, kita bisa sangkil dan mangkus alias efektif dan efisien fokus pada satu tujuan: memenuhi syarat-syarat yang sudah dipatok.
Proses serupa juga harus kita jalani jika hendak masuk dunia kerja. Apapun jalur yang kita tempuh, kita harus tahu dulu syaratnya dan penuhilah. Jangan harap bisa diterima kuliah atau kerja jika kita enggan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemenuhan syarat-syarat itu menjadi indikator keseriusan kita. Benarkah kita ingin masuk? Atau, sekadar iseng-iseng? Masuk syukur enggak masuk ya no problemo!
Masuk surga pun prosesnya juga seperti itu. Hanya, ada perbedaan mendasar antara masuk kuliah atau kerja dan masuk surga. Meskipun ada batasan frekuensi dan/atau umur, masuk kuliah atau kerja bisa coba-coba, iseng-iseng. Peluang terjadinya try & error masih terbuka lebar.
Masuk surga, tidak bisa dengan pola coba-coba, untung-untungan seperti pasang lotere atau menjawab soal ujian dengan menghitung kancing atau menebak-nebak suara tokek. Karena, tes masuk surga hanya sekali, persis seperti kata pepatah ‘’kesempatan tidak datang dua kali.’’
Apa sih syarat masuk surga? Sederhana atau rumitkah? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita renungkan kisah berikut ini.
Alkisah, empat orang menghadap Sang Khalik di Hari Persidangan, hari ketika semua manusia ditimbang amal ibadahnya untuk kemudian menerima vonis final dan mengikat yang menentukan tempat akhir: surga atau negara.
‘’Apa yang membuat-Ku harus memasukkanmu ke surga hai Fulan?’’ tanya Allah.
‘’Wahai Tuhanku, ketika di dunia, Aku dikarunia-Mu ilmu yang banyak dan dengan ilmu itu aku ajari umat manusia,’’ jawab orang pertama itu mantap.
‘’Bohong kamu!’’ sergah Allah, ‘’kamu memang pintar dan menularkan kepintaranmu itu. Tetapi, itu semua kamu lakukan karena ada pamrihnya. Masuklah kamu ke neraka!’’ Serta merta orang itu dijeburkan ke neraka.
Orang kedua giliran menghadap. ‘’Apa yang mengharuskan-Ku memasukkanmu ke surga hai Fulan?’’ tanya Allah.
‘’Aku berjihad di setiap medan peperangan hingga aku mati terbunuh. Aku mati sebagai pejuang, sebagai pahlawan’’ jawab orang itu penuh percaya diri.
‘’Bohong kamu!’’ sergah Allah. ‘’Kamu memang gagah berani ikut berjihad. Tetapi, itu kamu lakukan agar kamu mendapatkan pujian, ingin dianggap sebagai pahlawan. Masuklah kamu ke neraka!’’ titah Allah. Kemudian orang itu pun masuk neraka
Giliran orang ketiga pun tiba. ‘’Apa yang mengharuskan-Ku memasukkanmu ke surga hai Fulan?’’ tanya Allah.
‘’Ketika aku hidup di dunia, Engkau karuniai aku harta berlimpah. Sebagian besar harta itu aku pergunakan untuk beramal, berderma menyantuni fakir miskin dan yatim piatu,’’ ungkap orang itu bangga.
‘’Bohong kamu!’’ Allah melanjutkan titah-Nya, ‘’kamu memang mendermakan sebagian besar harta pemberian-Ku itu. Tetapi, itu semua kamu lakukan sambil pamer agar orang-orang tahu dan memujimu sebagai dermawan baik hati. Kamu tidak layak masuk surga. Masuklah kamu ke dalam neraka!’’ Maka, orang itu pun nyemplung ke neraka yang apinya menyala-nyala.
Bukan Jaminan
Kisah tersebut menunjukkan amalan yang besar dan banyak bukanlah syarat, jaminan masuk surga. Benar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda jika anak cucu Adam meninggal maka putuslah semua amalan dan pahala mereka. Kecuali : (1) shodaqoh jariyah, yakni bersedekah untuk kebaikan dan kepentingan umum, (2) Ilmu yang bermanfaat dan ditularkan kepada orang lain, dan (3) anak sholeh/sholehah yang berbaikti kepada orang tua.
Lalu, kenapa ketiga orang tersebut tetap saja tidak bisa masuk surga? Bukankah mereka memiliki amalan abadi yang masuk dalam tiga perkara yang tidak putus pahalanya sekalipun mereka telah mati ribuan tahun sebelum Hari Kebangkitan dan Pengadilan Akhir itu?
Benar, ketiga orang tersebut semasa hidup rajin berceramah, berbuat baik, dan mencegah kemungkaran dengan ucapan, perbuatan, maupun harta benda mereka. Mereka melakukannya karena ingat akan firman-Nya dalam Surat Al-Ashr, ‘’Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali, mereka yang beriman dan beramal sholeh serta mereka yang saling menganjurkan berbuat baik dan bersabar.’’
Namun, ada satu hal yang membuat semua amalan mereka itu masih belum dapat menutupi syarat masuk surga. Apa syaratnya?
Setelah tiga orang itu diadili, orang keempat secepat kilat menghadap pengadilan Tuhan Yang Maha Adil itu. Tanpa basa basi, Allah pun menjatuhkan vonis.
‘’Masuklah kamu ke dalam surga-Ku yang penuh ni’mat dan Aku berkati.’’
Siapa orang keempat itu? Ternyata dia bekas pelacur, wanita tuna susila, pekerja seks (enggak pakai komersial karena mana ada pekerja seks gratisan!!!). Kok bisa masuk surga? Sebesar apa amalannya sampai-sampai dapat vonis yang jauh lebih baik dan menguntungkan ketimbang tiga orang lainnya itu?
Ternyata amalannya sangat sederhana. Memberi minum anjing yang hampir mati kehausan. Memberi minum anjing, binatang ''dinajiskan''?
Ya, Tuhan memasukkannya ke surga karena sang bekas WTS itu mengalirkan kehidupan kepada mahluk ciptaan-Nya yang juga diabadikan dalam kisah Ashabul Kahfi itu. Allah sangat menghargai orang-orang yang mengalirkan kehidupan, sekalipun kepada binatang. Anjing, pula.
Dan, perempuan bekas pelacur itu melakukannya dengan IKHLAS. Dia yakin, haqqul yaqin, IKHLAS yang mengalirkan belas kasih kepada sesama itulah jalan menuju ridho Ilahi.
Kalau menolong anjing –mahluk Allah yang ‘’dinajiskan’’ itu— saja bisa masuk surga, apatah lagi jika menolong manusia –mahluk istimewa yang punya kedudukan mulia di antara sekalian mahluk-Nya?
Bukankah Allah berfirman, ‘’Tebarkanlah kasihmu kepada sesama, maka kalian akan dikasihi para penghuni langit.’’ Dan, kalau Allah sendiri beserta para Nabi dan malaikat penghuni langit mengasihi seseorang atas Rahman dan Rahim-Nya, adakah yang bisa menghalanginya masuk surga?
Rupanya, syarat masuk surga sebenarnya hanya satu dan sangat sederhana:
IKHLAS. Ya, satu kata itu memang gampang, bahkan sangat sangat gampang terucapkan. Tetapi, ukuran IKHLAS itu bukan di ucapan atau perbuatan, yang bisa ditangkap di permukaan.
IKHLAS justru tidak tampak. Ia ghaib. Hanya Tuhan Yang Tidak Pernah Tidur dan Terlena sajalah yang mengetahuinya.
IKHLAS itu motif, niat, yang juga sama tidak terlihat mata kasat. IKHLAS sangat personal, individual, privacy total. Itu urusan privat Allah dan manusia secara individual. Urusan yang sangat confidential.
IKHLAS itu bersisian dalam satu mata uang dengan IKHSAN. Seseorang melakukan segala sesuatu semata-mata lillahi Ta’ala. Melakukan kebaikan umum, kesholehan sosial, seolah-olah dia melihat Allah atau yakin Allah melihatnya. Dia beramal, dengan ilmunya, tangannya, atau harta bendanya, bukan untuk menarik simpati atau dukungan.
Dia tidak perlu berkoar-koar, menggelar seremonial, dan mengundang relasi serta media cetak, radio, dan televisi. Diliput media atau tidak, disorot kamera atau tidak, dia tetap beramal. Bagi dia, publikasi hanyalah efek samping. Ada lebih baik agar orang termotivasi, enggak ada ya enggak masalah. Dalam peribahasa Jawa, dia ‘’sepi ing pamrih, rame ing gawe’’.
Dia tidak pasang tarif ceramah. Dia tidak pula pilih-pilih. Dia pegang prinsip first come first served. Persis seperti prinsip tata krama sholat berjamaah di masjid: siapa datang duluan, dia berhak di barisan terdepan.
Bukankah Nabi Muhammad SAW yang mulia dan dimuliakan Allah pun sempat ditegur keras hanya lantaran mendahulukan berceramah kepada kalangan bangsawan Quraish ketimbang melayani Abdullah bin Ummi Maktum yang buta, orang baduy pula? Bukankah kemudian Rosululloh SAW mengambil i’tibar, pelajaran dari peristiwa tersebut?
Kisah-kisah tersebut menunjukkan pula bagaimana dahsyatnya kekuatan IKHLAS sampai-sampai itulah satu-satunya modal dan syarat masuk surga. Kedahsyatan itu pula yang membuat orang-orang yang IKHLAS itu kebal dari rayuan dan godaan setan, setan yang ghaib maupun iblis yang mewujud pada manusia, harta, atau tahta.
Orang-orang yang IKHLAS tentu tidak akan mempan ditembus setan maupun iblis jadi-jadian itu. Tentu karena orang-orang IKHLAS itu beraksi tanpa pretensi, melangkah tulus tidak tendensius, dan berlaku lugu tidak berlagu. Karena, sikap laku mereka adiluhung, bukan aji mumpung.
Dahsyatnya kekuatan IKHLAS itu pula yang membuat iblis angkat tangan meski Allah memberikan mandat makhluk terlaknat itu monopoli kekuasaan seumur dunia untuk menggoda manusia. ‘’Kami akan jerumuskan semua manusia dengan segala cara, kecuali mereka yang IKHLAS.’’ Begitulah sumpah dan baiat yang tertera di lauhul mahfud.
Kunci Master
Kalau surga itu kita substansikan sebagai kedamaian, ketenangan, ketenteraman, dan kebahagiaan, tentu hanya IKHLAS pula satu-satunya kunci menjalani hidup di dunia dengan ringan.
Dengan IKHLAS, kita bisa menerima posisi sebagai makhluk, sedangkan Dia-lah Sang Khalik. Dia-lah Sang Pencipta yang punya rencana mulia untuk kita, bahkan jauh sebelum Adam manusia pertama tercipta. Bukankah dengan posisi seperti itu, harus IKHLAS menerima bahwa dari sononya kita telah tercipta untuk dilahirkan ke dunia sebagai manusia yang berkulit sawo matang atau kuning langsat, kuning, putih, merah, atau hitam bahkan hitam legam? Bermata sipit, belo, atau varian dari itu? Bayangkan jika kita tidak pernah menyadari dan IKHLAS menerima keadaan seperti itu! Tidakkah kemudian yang muncul hanyalah keputus-asaan, kegundahan, kegusaran, dan ketidakpuasan, sifat-sifat yang jauh dari substansi surgawi tadi?
Bukankah juga umur, rezeki, dan jodoh juga perkara rahasia-Nya yang telah ditetapkan takarannya untuk tiap-tiap makhluk-Nya di atas Bumi? Dan, bukankah karena rahasia-Nya itulah kita perlu mengisi dan mencarinya? Bukankah berapapun dan apapun yang kita dapatkan, itulah bagian yang menjadi hak kita yang harus diterima dengan IKHLAS yang hanya dengan IKHLAS itu pula kita bisa puas, bahagia, tenang, tenteram, dan damai menerima dan menjalani kehidupan ini?
Kepapaan harus disikapi dengan sabar, tidak perlu gusar, sedangkan kelimpahan kita songsong dengan syukur, bukan takabur. Bukankah kepapaan dan kelimpahan, kedua-duanya hanyalah ujian yang telah ditetapkan-Nya? Yang barang siapa lulus menjalaninya, dialah yang akan bisa meraih surga, secara substantif di dunia atau sebenar-benarnya di akhirat kelak? Adakah kunci lain untuk lulus menjalaninya hingga meraih surga itu selain IKHLAS?
Memang, seperti disinggung sebelumnya, IKHLAS itu tidak gampang, tetapi bukan berarti hal yang mustahil. Dan, jika itu satu-satunya syarat masuk surga, tidakkah kita harus terus, terus, dan terus berupaya meraih IKHLAS? Kenapa kita tidak terus mencoba meraihnya, sedangkan untuk masuk perguruan tinggi atau dunia kerja kita begitu sungguh-sungguh memenuhi semua persyaratan? Bahkan untuk masuk dua dunia itu, ada yang menempuh segala cara, tidak peduli terpuji atau tercela.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang IKHLAS. Aamiin.
Oleh Nurcholish MA Basyari | INILAH.com
SEMOGA BERMANFAAT
Dikutip dari :


Masukan Emailmu Untuk Berlangganan Dengan Blog Ini

0 Response to "Pelacur Saja Bisa Masuk Surga"

Post a Comment